Pages - Menu

Kamis, 01 Januari 2015

PENDIDIKAN REGULER

A.  Pengertian
a.       Sistem Pendidikan SD
            Dalam bahasa Yunani sistem berasal dari kata “systema”, yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Zahara Idris (1987) mengemukakan bahwa sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak sekadar acak, yang saling membantu untuk mencapai suatu hasil (product).
            Sistem pendidikan diseklah dasar adalah suatu keseluruhan antara komponen-komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pendidikan dasar.
Tingkat satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan adalah sekolah dasar.
            Pendidikan diselengggarakan untuk anak-anak berusia 7 tahun dengan asumsi bahwa anak seusia tersebut mempunyai tingkat pemahaman dan kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan dirinya. Pendidikan dasar memang diselenggarakan untuk memberikan dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan bagi anak didik. Pendidikan dasar inilah yang selanjutnya dikembangkan untuk meningkatkan kualitas diri anak didik.
b.      Model Pembelajaran
            Model pembelajaran adalah suatu rangakaian rangkaian atau kesatuan antara pendekatan, strategi, metode, dan taktik dalam pembelajaran. Model pembelajaran dapat juga diibaratkan sebagaia bungkus dari keempat hal tersebut. Model pembelajaran dapat juga dikatakan sebagai desain yang menggambarkan proses rincian danpenciptaan lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa berinteraksi secara aktif sehingga terjadi perubahan atau perkembangan diri.
c.       Program Kelas Reguler
            Pengertian program reguler dalam kamus bahasa indonesia adalah teratur, tetap atau biasa (daryanto, 1997). Dari pengertian tersebut maka dapat kami simpulkan bahwa yang dimaksud dengan kelas reguler adalah kelas yang secara umum diselengggarakan oleh sekolah-sekolah dengan sistem tetap atau biasa yang memberikan kepada siswa suatu metode pengajaran yang biasa dilaksanakan selama ini yang membutuhkan waktu tempuh pendidikan selama enam tahun untuk jenjang pendidikan dasar.
            Pembelajaran kelompok reguler adalah sistem pembelajaran yang menekankan pada kemampuan peserta didik melalui pertemuan secara langsung (tatap muka secara berkelanjutan) antara peserta didik dengan tutor baik secara perorangan maupun secara kelompok yang dilaksanakn secara intensif dalam rangka pencapaian standar kompetensi untuk mata pelajaran yang diujikan pada ujian nasional.
            Menurut widyastono (2004) kelas reguler diselenggarakan berdasarkan kurikulum nasional yang berlaku. Didalam kelass reguler semua peserta didik atau siswa diberikan perlakuan yang sama tanpa melihat perbedaan kemampuan mereka. Jika dibandingkan dengan program akselerasi, ada beberapa perbedaan komponen dalam program reguler, antara lain :
a)      Masukan (input)
Jika Siswa Yang Program mengikuti akselerasi harus memenuhi beberapa kualifikasi tertentu melalui beberapa tahapan seperti Prestasi Belajar, Skor Psikotes, meliputi IQ minimal 125, Kreativitas, tanggung jawab tugas dan kecerdasan emosi; kesehatan jasmani dan persetujuan orang tua, maka siswa program reguler ini tidak terlalu direpotkan dengan seleksi dan tahapan seperti kelas akselerasi. Jika Ujian Akhir pendidikan nasional (UAN) siswa dari sekolah asal sudah memenuhi standar nilai disekolah tertentu, maka siswa tersebut dapat mengikuti program reguler.
b)      Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan belajar mengajar (Undang-undang no 20 Tahun 1989, Dalam, Hamali, 2001). Kurikulum program yang program dipakai pembelajaran akselerasi dan program pembelajaran reguler di indonesia regular tidak berbeda. program kedua kurikulum pendidikan nasional menggunakan yang ditetapkan diposkan departemen pendidikan nasional ditambah kurikulum lokal yang diposkan oleh masing-masing ditetapkan sekolah (Alsa, 2004). Jika kurikulum umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak pada umumnya, maka untuk melayani kebutuhan pendidikan bagi anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, Menurut Ward (dalam, Munandar, 1999) Perlu diusahakan pendidikan yang berdiferensiasi. Pendidikan berdiferensiasi yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang disesuaikan artikel baru minat dan kemampuan intelektual siswa artikel baru menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi, yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi lamanya waktu belajar sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa. Pelayanan pendidikan berdiferensiasi dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi dapat diimplementasikan.
c)      Tenaga kependidikan yang unggul tidak hanya dibutuhkan oleh siswa akselerasi saja tetapi siswa reguler juga berhak dididik oleh guru yang unggul juga agar memperoleh pelayanan yang optimal, karena guru merupakan salah satu faktor dalam keberhasilan pendidikan. Bagi kelas reguler proses sosialisasi akan terlihat lebih luas karena di dalam kelas reguler siswa tidak hanya berkumpul dengan anak-anak yang memiliki kemampuan yang relatif sama sehingga dapat disaling mengisi kekurangan dan kelebihan yang dimiliki,misal bagi siswa yang lebih pandai didalam kelas dapat membantu teman-teman yang kurang pandai.
B.     Macam-macam model pembelajaran reguler anak sekolah dasar
     Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan materi dan tingkat pendidikan yang dihadai. Jika guru mengajar pada tingkat SMP/MTs, maka model pembelajaran yang digunakan pada anak sekolah dasar juga berbeda. Hal ini dikarenakan karena kebutuhan informasi dan psikologis juga berbeda.
     Model pembelajaran anak sekolah dasar biasanya lebih bersifat menyenangkan dan sifatnya masih bermain. Contoh model pembelajaran anak sekolah dasar adalah PAKEMI, CTL, Collaborative Learning, Quantum Learning, Cooperative Learning dan Emotional Learning.
1.      Pakemi
                        Pekemi adalah singkatan dari pendidikan aktif kreatif dan menyenangkan islami. Model pembelajaran ini menuntut anak dapat bersikap aktif dan kreatif dalam pembelajaran yang menyenangkan dan menambah nilai – nilai keislaman. Misalnya, belajar membaca guru menyiapkan teks bacaan. Setiap anak mendapat satu paragraf. Kemudian, anak menempelnya pada kertas warna – warni dan membacanya. Kemudian, menjawab pertanyaan yang menyertai. Teks yang dibaca dapat berhubungan dengan keislaman.
2.      CTL
                        CTL atau Contekstual Teaching Learing adalah sebuah pembelajaran yang terdiri atas beberapa kegiatan, yaitu konstruksivisme, inkuri, bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian. Metode ini menuntut anak berfikir kreatif dengan membangun sendiri materi yang dia dapatkan.
                        CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong sswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan  dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih diperhitungkan dari pada hasil.
                        Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apamereka, dan bagaimana mencapaiannya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Metode ini dapat diterapkan pada pembelajaran IPA disekolah dasar. Misalnya materi menentukan perbedaan tumbuhan dikotil dan monokotil.
3.      Metode Collaborative Learning
                        Metode Collaborative Learning atau belajar Collaborative merupakan kegiatan kelompok yang bekerja sama dalam memecahkan masalah bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya, seorang guru memberikan tugas kelompok berwawancara dengan tokoh masyarakat. langkah pertama yang harus dilakukan adalah membagi peran dalam kelompok, misalnya ada yang bertugas membawa alat perekam, semua anggota bertanggung jawab dalam laporan tersebut.
Metode ini memiliki beberapa manfaat, antara lain :
a.                   Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok karena saling berinteraksi sesama anggota akan menambah penguasaan konsep.
b.                   Siswa akan belajar memecahkan masalah dalam kelompok.
c.                   Memupuk kebersamaan antar siswa.
4.      Metode Quantum Learning
                        Metode Quantum Learning atau belajar kuantum merupakan metode yang dapat digunakan untuk menanggulangi masalah yang paling sulit dipecahkan disekolah, yaitu kebosanan siswa. Agus Nuswantoro (2002) mengatakan bahwa metode ini merupkan penjelasan bagaimana cara belajar efektif sehingga mendapatkan hasil yang sama dengan kecepatan udara.
                        Metode ini sudah terangkum dalam sebuah buku, dalam buku tersebut disajikan cara – cara belajar efektif. Metode ini harus disajikan guru dengan menarik dan menyenangkan sehingga siswa merasa nyaman. Metode ini sangat penting diterapkan pada awal pembelajaran. Untuk mengetahui daya serap anak dalam memperoleh informasi yang paling cepat. Apakah tipe belajar visual atau auditorial.
                        Hal ini penting bagi guru karena dapat menjadi landasan dalam menerangkan materi kepada murid. Jika mayoritas siswa tipe belajar adalah visual maka dalam menyampaikan materi guru dapat banyak menggunakan tampilan atau gambar yang menarik. Metode ini mempunyai beberapa manfaat antara lain :
a.    Seasana kelas menyenangkan sehingga siswa bersemangat dalam belajar.
b.    Siswa dapat belajar sesuai gaya dan tipe masing – masing.
c.    Meningkatkan konsentrasi siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai maksimal.
5.      Metode Cooperative Learning
Metode cooperative Learning atau belajar kooperatif, metode yang mengajak semua anggota kelompok untuk berperan aktif dalam menyelesaikan tugas tertentu sehingga tidak menimbulkan gejala ketergantungan pada anggota lain.
Salah satu bentuk pembelajaran ini adalah jigsaw ahli. Dalam pembelajaran ini, siswa dibentuk menjadi kelompok – kelompok kecil. Setelah itu, diberi sebuah masalah yang berbeda tiap kelompoknya setelah dibahas dalam kelompok kecil, kemudian dipecahkan dan dipindahkan ke kelompok yang baru agar dapat saling bertukar informasi. Tiap anggota menyampaikan informasi sesuai dengan kelompok sebelumnya.setelah itu, kembali ke kelompok kecil serta membuat kesimpulan berdasarkan  informasi yang telah diperoleh. Manfaat metode Cooperative Learning antara lain :
a.       Meningkatkan pengetahuan siswa,
b.      Meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar
c.       Meningkatkan hubungan sosial anak didik
d.      Siswa dapat tampil lebih mandiri karena tidak bisa bergantung pada anggota kelompok lain.
6. Belajar Emosional Lerning
Emosi merupakan kata yang berasala dari movere kata kerja bahasa latin yang berarti “menggerakan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 1995 :7). Dalam makna paling harfiah, Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu setiap keadaan mental yang hebat atau meluap – luap (Goleman 1995 :410), sedangkan pengertian emosional menurut Sudarso (Leni 1999) adalah berakar dari kata emosi, diartikan sebagai suatu kecenderungan sikap yang emosi untuk melihat atau menafsirkan sesuatu yang dapat dilihat oleh indra mata atau fakta – fakta, kondisi perasaan yang berubah – ubah disertai perubahan – perubahan emosi terutama perubahan yang menimbulkan suatu gambaran yang bersifat khusus dan dapat disaksikan dari luar.
C.     Tujuan pembelajaran reguler
a.       Mengurangi keragaman kecepatan belajar dari peserta didik agar mencapai suatu tingkat pencapaian kompetensi
b.      Meningkatkan kualifikasi akademik peserta didik
c.       Memberikan pelajaran secara reguler bagi mata pelajaran yang diujikan pada ujian nasional
d.      Mencapai tujuan instruksional yang telah ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan bersifat sama untuk semua murid.



BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
            Kelas reguler adalah kelas yang secara umum diselengggarakan oleh sekolah-sekolah dengan sistem tetap atau biasa yang memberikan kepada siswa suatu metode pengajaran yang biasa dilaksanakan selama ini yang membutuhkan waktu tempuh pendidikan selama enam tahun untuk jenjang pendidikan dasar.
                        Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran kelas reguler di SD adalah PAKEMI, CTL, Collaborative Learning, Quantum Learning, Cooperative Learning dan Emotional Learning.




Daftar pustaka

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung:            Rosda Karya Remaja.
Syah, muhibbin.2006Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Tri Anni, Chatarina.2006Psikologi Belajar. Semarang : Unnes Press
http://ide.wikipedia.org/wiki/sistem

http://rizalcayoo.blogspot.com/2011/06/grand-desain-pendidikan-kesetaraan.html

1 komentar:

silahkan tuliskan pesan anda dengan baik