A. Pengertian
a. Sistem
Pendidikan SD
Dalam bahasa Yunani sistem berasal
dari kata “systema”, yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling
berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Zahara Idris (1987)
mengemukakan bahwa sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas
komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber
yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak sekadar acak, yang
saling membantu untuk mencapai suatu hasil (product).
Sistem pendidikan diseklah dasar
adalah suatu keseluruhan antara komponen-komponen pendidikan yang saling
terkait secara terpadu dan saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pendidikan
dasar.
Tingkat
satuan pendidikan yang dianggap sebagai dasar pendidikan adalah sekolah dasar.
Pendidikan diselengggarakan untuk
anak-anak berusia 7 tahun dengan asumsi bahwa anak seusia tersebut mempunyai
tingkat pemahaman dan kebutuhan pendidikan yang sesuai dengan dirinya.
Pendidikan dasar memang diselenggarakan untuk memberikan dasar pengetahuan,
sikap dan keterampilan bagi anak didik. Pendidikan dasar inilah yang
selanjutnya dikembangkan untuk meningkatkan kualitas diri anak didik.
b. Model
Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu
rangakaian rangkaian atau kesatuan antara pendekatan, strategi, metode, dan
taktik dalam pembelajaran. Model pembelajaran dapat juga diibaratkan sebagaia
bungkus dari keempat hal tersebut. Model pembelajaran dapat juga dikatakan
sebagai desain yang menggambarkan proses rincian danpenciptaan lingkungan
belajar yang kondusif sehingga memungkinkan siswa berinteraksi secara aktif
sehingga terjadi perubahan atau perkembangan diri.
c. Program
Kelas Reguler
Pengertian program reguler dalam
kamus bahasa indonesia adalah teratur, tetap atau biasa (daryanto, 1997). Dari
pengertian tersebut maka dapat kami simpulkan bahwa yang dimaksud dengan kelas
reguler adalah kelas yang secara umum diselengggarakan oleh sekolah-sekolah
dengan sistem tetap atau biasa yang memberikan kepada siswa suatu metode
pengajaran yang biasa dilaksanakan selama ini yang membutuhkan waktu tempuh
pendidikan selama enam tahun untuk jenjang pendidikan dasar.
Pembelajaran kelompok reguler adalah
sistem pembelajaran yang menekankan pada kemampuan peserta didik melalui
pertemuan secara langsung (tatap muka secara berkelanjutan) antara peserta
didik dengan tutor baik secara perorangan maupun secara kelompok yang
dilaksanakn secara intensif dalam rangka pencapaian standar kompetensi untuk
mata pelajaran yang diujikan pada ujian nasional.
Menurut widyastono (2004) kelas
reguler diselenggarakan berdasarkan kurikulum nasional yang berlaku. Didalam
kelass reguler semua peserta didik atau siswa diberikan perlakuan yang sama
tanpa melihat perbedaan kemampuan mereka. Jika dibandingkan dengan program
akselerasi, ada beberapa perbedaan komponen dalam program reguler, antara lain
:
a) Masukan
(input)
Jika
Siswa Yang Program
mengikuti akselerasi harus memenuhi beberapa
kualifikasi tertentu melalui beberapa tahapan seperti Prestasi Belajar,
Skor Psikotes, meliputi
IQ minimal 125,
Kreativitas, tanggung jawab tugas dan kecerdasan emosi; kesehatan jasmani dan persetujuan
orang tua, maka siswa program
reguler ini tidak terlalu direpotkan dengan seleksi dan tahapan seperti
kelas akselerasi. Jika Ujian Akhir pendidikan
nasional (UAN) siswa dari sekolah asal
sudah memenuhi standar
nilai disekolah tertentu, maka siswa
tersebut dapat mengikuti
program reguler.
b) Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan belajar mengajar (Undang-undang no 20 Tahun 1989, Dalam, Hamali, 2001). Kurikulum program yang program dipakai pembelajaran akselerasi dan program pembelajaran reguler di indonesia regular tidak berbeda. program kedua kurikulum pendidikan nasional menggunakan yang ditetapkan diposkan departemen pendidikan nasional ditambah kurikulum lokal yang diposkan oleh masing-masing ditetapkan sekolah (Alsa, 2004). Jika kurikulum umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak pada umumnya, maka untuk melayani kebutuhan pendidikan bagi anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, Menurut Ward (dalam, Munandar, 1999) Perlu diusahakan pendidikan yang berdiferensiasi. Pendidikan berdiferensiasi yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang disesuaikan artikel baru minat dan kemampuan intelektual siswa artikel baru menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi, yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi lamanya waktu belajar sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa. Pelayanan pendidikan berdiferensiasi dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi dapat diimplementasikan.
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan belajar mengajar (Undang-undang no 20 Tahun 1989, Dalam, Hamali, 2001). Kurikulum program yang program dipakai pembelajaran akselerasi dan program pembelajaran reguler di indonesia regular tidak berbeda. program kedua kurikulum pendidikan nasional menggunakan yang ditetapkan diposkan departemen pendidikan nasional ditambah kurikulum lokal yang diposkan oleh masing-masing ditetapkan sekolah (Alsa, 2004). Jika kurikulum umum bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan pendidikan anak pada umumnya, maka untuk melayani kebutuhan pendidikan bagi anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata, Menurut Ward (dalam, Munandar, 1999) Perlu diusahakan pendidikan yang berdiferensiasi. Pendidikan berdiferensiasi yaitu pemberian pengalaman pendidikan yang disesuaikan artikel baru minat dan kemampuan intelektual siswa artikel baru menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi, yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi lamanya waktu belajar sesuai dengan kecepatan belajar dan motivasi belajar siswa. Pelayanan pendidikan berdiferensiasi dengan menggunakan kurikulum yang berdiversifikasi dapat diimplementasikan.
c) Tenaga
kependidikan yang unggul tidak hanya dibutuhkan oleh siswa akselerasi saja
tetapi siswa reguler juga berhak dididik oleh guru yang unggul juga agar
memperoleh pelayanan yang optimal, karena guru merupakan salah satu faktor
dalam keberhasilan pendidikan. Bagi kelas reguler proses sosialisasi akan
terlihat lebih luas karena di dalam kelas reguler siswa tidak hanya berkumpul
dengan anak-anak yang memiliki kemampuan yang relatif sama sehingga dapat
disaling mengisi kekurangan dan kelebihan yang dimiliki,misal bagi siswa yang
lebih pandai didalam kelas dapat membantu teman-teman yang kurang pandai.
B. Macam-macam
model pembelajaran reguler anak sekolah dasar
Model
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran harus sesuai dengan materi dan
tingkat pendidikan yang dihadai. Jika guru mengajar pada tingkat SMP/MTs, maka
model pembelajaran yang digunakan pada anak sekolah dasar juga berbeda. Hal ini
dikarenakan karena kebutuhan informasi dan psikologis juga berbeda.
Model
pembelajaran anak sekolah dasar biasanya lebih bersifat menyenangkan dan
sifatnya masih bermain. Contoh model pembelajaran anak sekolah dasar adalah
PAKEMI, CTL, Collaborative Learning, Quantum Learning, Cooperative Learning dan
Emotional Learning.
1. Pakemi
Pekemi adalah singkatan
dari pendidikan aktif kreatif dan menyenangkan islami. Model pembelajaran ini
menuntut anak dapat bersikap aktif dan kreatif dalam pembelajaran yang
menyenangkan dan menambah nilai – nilai keislaman. Misalnya, belajar membaca
guru menyiapkan teks bacaan. Setiap anak mendapat satu paragraf. Kemudian, anak
menempelnya pada kertas warna – warni dan membacanya. Kemudian, menjawab
pertanyaan yang menyertai. Teks yang dibaca dapat berhubungan dengan keislaman.
2. CTL
CTL atau Contekstual
Teaching Learing adalah sebuah pembelajaran yang terdiri atas beberapa
kegiatan, yaitu konstruksivisme, inkuri, bertanya, masyarakat belajar,
permodelan, refleksi, dan penilaian. Metode ini menuntut anak berfikir kreatif
dengan membangun sendiri materi yang dia dapatkan.
CTL merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan
situasi dunia nyata siswa dan mendorong sswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai
anggota keluarga dan masyarakat. dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi
pembelajaran lebih diperhitungkan dari pada hasil.
Dalam konteks itu, siswa
perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apamereka, dan
bagaimana mencapaiannya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi
hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang
memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Metode ini dapat diterapkan pada
pembelajaran IPA disekolah dasar. Misalnya materi menentukan perbedaan tumbuhan
dikotil dan monokotil.
3. Metode
Collaborative Learning
Metode Collaborative
Learning atau belajar Collaborative merupakan kegiatan kelompok yang bekerja
sama dalam memecahkan masalah bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya,
seorang guru memberikan tugas kelompok berwawancara dengan tokoh masyarakat.
langkah pertama yang harus dilakukan adalah membagi peran dalam kelompok,
misalnya ada yang bertugas membawa alat perekam, semua anggota bertanggung
jawab dalam laporan tersebut.
Metode
ini memiliki beberapa manfaat, antara lain :
a.
Meningkatkan pengetahuan anggota
kelompok karena saling berinteraksi sesama anggota akan menambah penguasaan
konsep.
b.
Siswa akan belajar memecahkan masalah
dalam kelompok.
c.
Memupuk kebersamaan antar siswa.
4. Metode
Quantum Learning
Metode
Quantum Learning atau belajar kuantum merupakan metode yang dapat digunakan
untuk menanggulangi masalah yang paling sulit dipecahkan disekolah, yaitu
kebosanan siswa. Agus Nuswantoro (2002) mengatakan bahwa metode ini merupkan
penjelasan bagaimana cara belajar efektif sehingga mendapatkan hasil yang sama
dengan kecepatan udara.
Metode
ini sudah terangkum dalam sebuah buku, dalam buku tersebut disajikan cara –
cara belajar efektif. Metode ini harus disajikan guru dengan menarik dan
menyenangkan sehingga siswa merasa nyaman. Metode ini sangat penting diterapkan
pada awal pembelajaran. Untuk mengetahui daya serap anak dalam memperoleh
informasi yang paling cepat. Apakah tipe belajar visual atau auditorial.
Hal
ini penting bagi guru karena dapat menjadi landasan dalam menerangkan materi kepada
murid. Jika mayoritas siswa tipe belajar adalah visual maka dalam menyampaikan
materi guru dapat banyak menggunakan tampilan atau gambar yang menarik. Metode
ini mempunyai beberapa manfaat antara lain :
a. Seasana
kelas menyenangkan sehingga siswa bersemangat dalam belajar.
b. Siswa
dapat belajar sesuai gaya dan tipe masing – masing.
c. Meningkatkan
konsentrasi siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai maksimal.
5. Metode
Cooperative Learning
Metode cooperative Learning atau
belajar kooperatif, metode yang mengajak semua anggota kelompok untuk berperan
aktif dalam menyelesaikan tugas tertentu sehingga tidak menimbulkan gejala
ketergantungan pada anggota lain.
Salah satu bentuk pembelajaran ini adalah jigsaw
ahli. Dalam pembelajaran ini, siswa dibentuk menjadi kelompok – kelompok kecil.
Setelah itu, diberi sebuah masalah yang berbeda tiap kelompoknya setelah
dibahas dalam kelompok kecil, kemudian dipecahkan dan dipindahkan ke kelompok
yang baru agar dapat saling bertukar informasi. Tiap anggota menyampaikan informasi
sesuai dengan kelompok sebelumnya.setelah itu, kembali ke kelompok kecil serta
membuat kesimpulan berdasarkan informasi
yang telah diperoleh. Manfaat metode Cooperative Learning antara lain :
a. Meningkatkan
pengetahuan siswa,
b. Meningkatkan
rasa percaya diri dan motivasi belajar
c. Meningkatkan
hubungan sosial anak didik
d. Siswa
dapat tampil lebih mandiri karena tidak bisa bergantung pada anggota kelompok
lain.
6. Belajar
Emosional Lerning
Emosi
merupakan kata yang berasala dari movere kata kerja bahasa latin yang berarti
“menggerakan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk memberi arti “bergerak
menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam
emosi (Goleman, 1995 :7). Dalam makna paling harfiah, Oxford English Dictionary
mendefinisikan emosi sebagai “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran,
perasaan, nafsu setiap keadaan mental yang hebat atau meluap – luap (Goleman
1995 :410), sedangkan pengertian emosional menurut Sudarso (Leni 1999) adalah
berakar dari kata emosi, diartikan sebagai suatu kecenderungan sikap yang emosi
untuk melihat atau menafsirkan sesuatu yang dapat dilihat oleh indra mata atau
fakta – fakta, kondisi perasaan yang berubah – ubah disertai perubahan –
perubahan emosi terutama perubahan yang menimbulkan suatu gambaran yang
bersifat khusus dan dapat disaksikan dari luar.
C. Tujuan
pembelajaran reguler
a.
Mengurangi keragaman kecepatan belajar
dari peserta didik agar mencapai suatu tingkat pencapaian kompetensi
b.
Meningkatkan kualifikasi akademik
peserta didik
c.
Memberikan pelajaran secara reguler bagi
mata pelajaran yang diujikan pada ujian nasional
d.
Mencapai tujuan instruksional yang telah
ditetapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan bersifat sama untuk semua
murid.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kelas reguler adalah kelas yang
secara umum diselengggarakan oleh sekolah-sekolah dengan sistem tetap atau
biasa yang memberikan kepada siswa suatu metode pengajaran yang biasa
dilaksanakan selama ini yang membutuhkan waktu tempuh pendidikan selama enam
tahun untuk jenjang pendidikan dasar.
Model
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran kelas reguler di SD adalah
PAKEMI, CTL, Collaborative Learning, Quantum Learning, Cooperative Learning dan
Emotional Learning.
Daftar pustaka
Syah, muhibbin.2006. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Tri Anni, Chatarina.2006. Psikologi Belajar. Semarang : Unnes Press
http://ide.wikipedia.org/wiki/sistem
http://rizalcayoo.blogspot.com/2011/06/grand-desain-pendidikan-kesetaraan.html
jelek tidak bisa kopas dan blog nya tidak aman
BalasHapus